ISI Yogyakarta Bantu Kelompok Penjahit Disabilitas Wujudkan Mimpi

  • Administrator
  • Rabu, 03 Desember 2025 08:59
  • 21 Lihat
  • Sorotan

Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta melakukan penyerahan alat produksi bagi kelompok usaha Avta Kebaya di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Penyerahan alat produksi ini bertujuan untuk mendukung kemandirian usaha kelompok penjahit perempuan disabilitas tersebut.

 

Kepala Pusat Inovasi dan Penerbitan LPPM ISI Yogyakarta, Riza Septriani Dewi, menyatakan penyerahan alat produksi ini merupakan tahap penting setelah sebelumnya diberi program pendampingan. Alat produksi yang diserahkan meliputi mesin jahit kaos dan perlengkapan pendukung produksi, yang memungkinkan Avta Kebaya memperluas variasi produk dan meningkatkan kapasitas produksi.

 

Dewi berharap, dengan identitas yang mulai dirumuskan, keterampilan promosi digital yang dibangun, dan fasilitas produksi yang tersedia, Avta Kebaya dapat tumbuh menjadi brand fesyen berbasis komunitas perempuan disabilitas yang mandiri dan kompetitif. Program ini juga menegaskan bahwa kontribusi perguruan tinggi seni tidak hanya terletak pada ruang akademik, tetapi juga pada keberpihakan nyata kepada kelompok yang membutuhkan akses ke pengetahuan, kreativitas, dan teknologi sebagai modal untuk berkembang.

 

Ketua tim pelaksana, Amar Leina Chindany, menyatakan bahwa bantuan alat produksi ini bukan sekadar bentuk dukungan teknis, tetapi juga penegasan bahwa Avta Kebaya memiliki kapasitas untuk mengelola usahanya secara mandiri. Penyerahan alat produksi ini merupakan langkah penting agar pengetahuan yang telah diterima dapat dipraktikkan dan dikembangkan.

 

Anggota tim Pengabdian ISI Yogyakarta, Amanda Amalia Faustine Gittawati, menyatakan bahwa pendampingan bagi kelompok penjahit perempuan disabilitas ini akan tetap dilakukan meskipun alat produksi telah diserahkan. Yang didorong bukan hanya penggunaan alat, tetapi keberanian untuk bereksperimen dan mengembangkan desain baru.

 

Ketua Avta Kebaya, Sumrah, merasa antusias terhadap fasilitas baru yang kini mereka miliki. Dengan alat tersebut, kelompok bisa mencoba teknik yang sebelumnya tidak bisa dilakukan untuk bisa naik kelas, mengingat selama ini hanya mengandalkan satu mesin lama.

 

Foto: Dok. ISI

Isi jogja

Komentar

0 Komentar